Hal yang terkait dengan ini sering terjadi di WA atau grup WA. Kadang ada anggota grup yanga rusuh, yang suka ngomong buruk. Lalu anggota lain menanggapinya, tersulut emosinya. Lalu terjadilah perdebatan dalam grup.
Pada akhirnya masing2 baper dan blokir nomor WA nya. Ada dendam yang tersemat dalam dada dan tidak mau memaafkan. Mengapa demikian? Sebab masing2 merasa dirinya benar.
Ini hanya contoh aja. Tanpa bermaksud menghakimi sama sekali. Dimana ada seseroang yang minta ijin blokir nomor orang lain karena sudah tidak punya adab dan sopan santun. Saya jawab, "Kalau memang blokir lebih baik silahkan blokir Mas". Gitu...
Disisi lain ada yang pernah WA ke saya, kecewa ke saya. Mengaggap saya begini dan begitu. Saya jawab dengan senyum saja, dengan belajar tanpa mendendam. Belajar mengerti orang lain. Belajar mengendalikan apa yang ada dalam dada yang pada saat itu hampir meluap.
Pada akhirnya ybs meminta maaf dan memang sudah saya maafkan jaug2 hari sebelum ia meminta maaf kok.
Diatas hanya satu contoh saja. Masih banyak contoh bagaimana saya dihina, direndahkan, di bully, difitnah dll. Apalagi dalam kehidupan bermasyarakat saya adalah tokoh masyarakat yang berurusan dengan banyak orang.
Pernah suatu ketika saya di SMS dengan tulisan kurang lebih begini
"Bab1 ng3nt0t, dasar b4b1 dll dll dll"
Binatang keluar semua tuh. Lalu apa yang saya lakukan?
Kalau hinaan di media sosial saya bisa lebih sabar. Mengapa? Sebab saya jarang baca dan jarang balas komen.. hehehe. Karena gak baca makanya gak marah2.
Kalau ini saya dikatain binatang melalui SMS gelap oleh warga saya sendiri. Apa gak marah tuh? Meluap hati dan jiwa ingin melabrak orang tersebut. Namun pada akhirnya memutuskan bahwa "TIDAK ADA GUNANYA MARAH"
Justru orang2 sableng yang hadir dalam kehidupan kita patut kita syukuri, sebab dengannya kita belajar sabar. Katanya pengin bisa "sabar" khan? Sering berdoa meminta kesabaran khan?
Hadirnya orang2 sableng adalah jawaban dari doa anda. Oleh karena itu belajar memaafkan. Paksakan diri untuk memaafkan. Ciptakan peristiwa dan suasana ikhlas dalam dada. Bukan mulut memaafkan tapi dada masih membara.
Memaafkan itu pengendalian diri. Hati yang tetap tenang meski diuji dengan bebagai ujian. Dan balasan jiwa yang tenang adalah surga
Pernah baca ayat yang kurang lebih artinya begini?
"Hai jiwa2 yang tenang, kembalilah kepada Tuhan_Mu dengan hati puas lagi di ridhoi. Maka masuklah kedalam jamaah hamba-hamba_Ku dan masuklah kedalam surga_Ku"
Siap masuk surga?
Kalau begitu maafkan mereka, atau kalau mau lebih bagus katakan begini, terlepas dari siapa yang salah dan siapa yang benar katakanlah,
"Saya yang salah dan saya meminta maaf"
Gimana? Kuat?
Demikian Memaafkan adalah Kunci Surga, Makanya Memaafkan Itu Tidak Mudah. Artikel ini adalah pangeling atau pengingat diri saya sendiri yang kadangkala masih mudah marah. Masih mendendam, masih suka membalas hujatan orang dll.
Maafkan saya ya?
Maafkan saya yang masih belajar ini dan doakan saya.
Salam
Admin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar