5/08/2014

Siklus Keyakinan, Dari Indera Turun Ke Hati

"Ketahuilah sesungguhnya di dalam tubuh manusia ada segumpal darah, apabila dia baik maka baiklah seluruh tubuhnya, dan apabila dia rusak, maka rusaklah seluruh tubuhnya. Ketahuilah bahwa segumpal darah itu ialah hati." (HR Bukhori dan Muslim)

Sampai disini, kita telah belajar, membaca kemudian memahami sesuatu berita sampai kepada sebuah kesimpulan. Bab demi bab sudah kita lahap dengan sempurna sebagai langkah awal mendapatkan pemahaman. Inilah pintu pertama diantara beberapa pintu yang akan kita masuki sampai kepada ujungnya yaitu pintu hati, karena disitulah letak keyakinan berada.

Pintu pertama yang harus dimasuki adalah panca indera. Mata melihat, telinga mendengar, hidung mencium, kulit merasakan. Kita menjadi yakin warna apel merah yang manis rasanya setelah melihat melihat dengan mata dan mengecap dengan lidah. Selanjutnya tanpa melihat dan mengecappun kita meyakini kepada sifat-sifat apel tersebut karena sudah dibuktikan dengan nyata oleh panca indera. Namun keyakinan sejati tidak akan berhenti sampai disini, yakni membuktikan dengan indera kita. Ada dua pintu lagi yang harus kita masuki untuk mendapatkan keyakinan tanpa batas.

Membaca adalah salah satu sarana bagi indera untuk kemudian mencerna dan memahami menggunakan akal. Akal yang digambarkan dengan otak adalah pintu masuk ke dua untuk meraih keyakinan sejati. Kadangkala sebuah data dan fakta tidak akan bisa kita lihat dan dengar. Berita yang terpercaya dan rasional sehingga menjadikannya masuk akal juga bisa dijadikan bahan pertimbangan. Membaca adalah salah satu cara mengetahui sebuah kebenaran walaupun kita tidak melihatnya. Membaca adalah salah satu pintu masuk kepada akal. Maka gunakanlah akal sehat anda didalam menilai sebuah berita.

Sampai pada bab ini kita sudah membaca berita dan khabar yang bisa anda cerna dengan otak. Jika itu masuk akal atau logis artinya pintu akal sudah terbuka. Maka pada kesempatan kali ini bukalah akal anda dengan sejujur-jujurnya untuk menerima dengan ikhlas kebenaran yang sudah kami sampaikan untuk kemudian jadikan ia prinsip atau pegangan dalam hidup ini. Setelah akal anda terbuka menerima kebenaran maka masukkan ia, campakkan dan tancapkan kebenaran tersebut dalam pintu terakhir yakni hati. Bukalah hati anda menerima kebenaran akal sehingga mampu  bergetarlah ia menjadi sebuah keyakinan yang teguh dan mantap.

Keyakinan yang hendak kami sampaikan bukanlah keyakinan yang lemah. Keyakinan yang hendak kami tancapkan dalam hati anda adalah keyakinan yang sejati, menembus batas masa lalu dan masa depan. Keyakinan dengan sandaran dan garansi yang kokoh. Karena dengan keyakinan ini saja hidup menjadi tentram dan bahagia.

Tetapi sekali lagi proses pencarian keyakinan yang kokoh ini memerlukan proses. Kita harus sering melakukan perenungan sampai akal kita menemukan sebuah pemahaman. Kadangkala saya sampai diskusi berjam-jam dengan seorang Ustadz kalau sudah membicarakan masalah keyakinan. Mengapa harus begini mengapa harus begitu. Mengapa tidak begini dan mengapa tidak begitu. Jawaban Ustadz banyak terkait dengan aspek ibadah dan spiritual karena memang kapasitas beliau ada diarea ini. Makanya ketika diskusi berlanjut diluar itu, jawabannya kadangkala menjadi kurang memuaskan. Misalnya, tentang teori alam semesta big bang apa kaitannya dengan salah satu ayat dalam Al Qur'an dan sebagainya.

Kemudian sampai kepada sebuah kesimpulan bahwa Ustadz adalah sumber ilmu, dimana kita bisa mencari jawaban dengan menggunakan akal kita, mengapa ilmu tersebut memiliki keutamaan ini dan itu. carilah segala pendekatan ilmu pengetahuan dan fakta ilmiah yang bisa diterima oleh akal agar bisa membuka hati dan membangkitkan keyakinan (iman). Caranya tentu saja dengan belajar dan membaca baik melalui buku, orang, kejadian dan lain sebagainya. Buka pikiran dan hati, jauh dari kedengkian dan kesombongan serta merasa pintar dan hebat, supaya ilmu dan hikmah tersebut bisa masuk dan meresap dalam hati menjadi sebuah keyakinan.

Maka hidupkan akal anda dengan sering melihat sebuah venomena menjadi pertanyaan yang harus kita cari jawabannya. Misalnya pertanyaan-pertanyaan berikut ini,

  • Siapa Tuhan sejati dan berada dimana?
  • Mengapa harus diatas arasy? 
  • Bagaimana dengan manusia yang dipertuhankan atau tuhan yang dimanusiakan?
  • Bagaimana akal bisa menerima tentang adanya Tuhan? 
  • Siapa itu Muhammad saw, Yesus (Isa as), Ibrahim as dsb?
  • Mengapa kita harus sholat, puasa haji?
  • Mengapa gerakan sholat harus seperti ini dan itu?
  • Mengapa sedekah pangkal kaya?
  • Mengapa dhuha memperlancar rezeki?
  • Mengapa berjuang harus dengan harta dan jiwa?
  • Mengapa harus tawakal, sabar, ikhlas?
  • Mengapa, mengapa dan mengapa?

Mungkin jawabannya dikarenakan itulah perintah dari Tuhan melalui lisan Nabi saw yang ada dalam kitab suci. Seringkali pertanyaan berhenti sampai disini. Padahal pertanyaannya bisa dilanjutkan, mengapa harus Nabi Muhammad saw? Lanjutkan pertanyaan yang masih menjadi pertanyaan sampai hati kita merasa cukup dengan keyakinan yang ada. Maka jika niatan awal kita mencari kebenaran, niscaya kebenaran itu akan kita dapatkan. Kebenaran yang menjadi sebuah keyakinan teguh dan takkan goyah.

Jadi untuk meraih keyakinan sejati pastikan sudah melibatkan panca indera, akal dan hati. Jangan sampai kesimpulan yang menjadi sebuah keyakinan tidak melalui ketiga pintu tersebut yang mengakibatkan kesesatan.

1 komentar: