Nasehat atau anjuran Nabi saw diatas nampak sederhana, yakni mencuci alat atau sesuatu lebih banyak ketika diatasnya ada jilatan dari air liur anjing, salah satunya dicampur dengan debu atau tanah. Perintah yang nampak sederhana ini menjadi luar biasa mengagumkan setelah berlalunya waktu selama sekitar 14 abad. Terutama sekali setelah dilakukannya percobaan demi percobaan untuk melakukan uji klinis dari air liur anjing.
Alkisah dari beberapa atsar, seorang ilmuwan besar yang mendalami bidang bakteri berkunjung ke Mesir untuk menyekolahkan anaknya dan dia sendiri memperoleh pekerjaan dalam bidangnya tersebut. Pada suatu hari dia membaca buku hadist yg berhubungan dengan masalah kesehatan. Pada waktu tertentu dia membaca hadist diatas dan sebagai ahli bidang bakteri timbul pertanyaan yang menggelayut. Mengapa harus dicuci sebanyak tujuh kali dan satu diantaranya menggunakan tanah? Bukankah saat ini sudah beredar banyak detergen anti bakteri?. Aneh.
Untuk menjawab pertanyaan yang menggelayut tersebut, kemudian dia mengambil sebuah perkakas rumah dan membiarkannya dijilati anjing. Lalu mencucinya dengan air tujuh kali. Setelahnya ia teliti dengan menggunakan mikroskop, dan yang terlihat adalah berjuta-juta bakteri masih melekat di tempat itu. Hal ini menimbulkan keheranan yang luar biasa.
Kemudian dia mencoba sekali lagi, mencuci tempat itu dengan debu. Dan setelah diteliti, ternyata, kuman-kuman telah hilang seluruhnya. Fakta ini tentu saja mencengangkan dikarenakan penemuan rahasia bakteri baru oleh ilmuwan Louis Pasteur pada tahun1822-1895. Bukankah jauh sekali jarak antara Muhammad dengan Pasteur?. Berarti penemuan Pasteur hanyalah mengulang penemuan lama, dimana Muhammad telah mengetahui bahwa bakteri atau kuman penyakit itu ada pada anjing dan dapat dihilangkan hanya dengan mempergunakan debu dan dibasuh dengan air enam kali. Siapa yang memberitahukan hakekat ilmiah ini kepada Muhammad saw seorang yang tidak bisa baca tulis dan jauh sekali dari peradaban pendidikan?
Tidak mungkin hakekat ilmiah yang menakjubkan ini diketahui oleh Muhammad saw sendiri, dan hanya mungkin kalau beliau mendapatkan informasi berupa wahyu dari Tuhan Yang maha Berilmu. Dengan kenyataan ini akhirnya keyakinan ilmuwan tersebut memperkuatnya untuk masuk Islam bersama puterinya yang kala itu ikut bersamanya ke Kairo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar