Bab 3. Dasar dan landasan keyakinan
Untuk detail ada dalam buku saya "Membangkitkan Keyakinan Tanpa Batas"
Sebuah
cerita inspiratif yang saya ambil dari ebook 17 Kisah Penuh Hikmah menceritakan
sebagai berikut. Fadlan datang kepada seorang kyai di kampungnya. Ia merasa
bingung. Sudah banyak cara telah ia tempuh, namun rezeki masih tetap sulit ia
cari. Kata orang, rezeki itu bisa datang sendiri, apalagi kalau sudah menikah.
Buktinya, sudah 3 tahun ia menikah dan dikarunia dua orang anak, ia masih tetap
hidup luntang-lantung tak menentu.
Benar,
keluarganya tidak pernah kelaparan sebab tidak ada makanan. Namun kalau
terus-terusan hidup kepepet dan tidak punya pekerjaan, rasanya tidak ada
kebanggaan diri. Ia pun datang kepada Kyai Ahmad untuk minta sumbang saran.
Kalau boleh sekaligus minta do’a dan pekerjaan darinya. Terus terang, ia
sendiri kagum dengan sosok Kyai Ahmad yang amat bersahaja. Tidak banyak yang ia
kerjakan, namun dengan anak 9 orang, sepertinya mustahil bila ia tidak pusing
memikirkan nafkah keluarga. Tapi nyatanya, sampai sekarang Kyai Ahmad tetap
sumringah di mata Fadlan. Tidak pernah ia lihat Kyai Ahmad bermuka muram
seperti dirinya. Makanya hari itu, Fadlan datang untuk meminta nasehat kyai
tersebut.
“Hidup
ini adalah adegan. Kita hanya wayang, sementara dalangnya adalah Gusti Allah!
Jadi, manusia itu hidup karena disuruh ‘manggung’ oleh Dalangnya!” Kyai Ahmad
membuka penjelasan dengan sebuah ilustrasi ringan.
“Gak
mungkin kalau wayang itu manggung sendiri. Pasti, ia dimainkan oleh Dalang.
Sementara selama di panggung, pasti Dalang akan memperhatikan nasib wayang itu!
Begitu juga manusia, gak mungkin dia hidup di dunia, tanpa diperhatikan segala
kebutuhannya oleh Gusti Allah! Sudah paham belum kamu, Fadhlan?” Kyai Ahmad
mengakhiri penjelasannya dengan sebuah pertanyaan.
“Tapi
pak kyai, kalau Gusti Allah benar menjamin hidup hamba-Nya, kenapa hidup saya
seperti sia-sia begini ya, nyari nafkah saja kok susah!” Fadlan menyampaikan
keluhnya.
“Oh…
itu karena kamu belum datang kepada Gusti Allah. Kalau kamu datang kepada Gusti
Allah, hidupmu gak bakal sia-sia!” Kyai Ahmad menambahkan.
Fadhlan
belum mengerti betul apa maksud sebenarnya dari kata ‘datang kepada Allah’, ia
pun menanyakan gambaran kongkrit tentang hal itu kepada Kyai Ahmad.
Dengan
santai Kyai Ahmad menjelaskan, “Fadlan, semua masalah di dunia ini bakal
selesai asal kita datang kepada Allah. Banyak di dunia ini orang yang
bermasalah, punya hutang segunung, rezeki sulit, ditimpa berbagai macam
penyakit, kemiskinan, kelaparan dan lain-lain. Itu disebabkan karena mereka
tidak datang kepada Allah. Kalau saja mereka datang kepada Allah, maka segala
masalah mereka terselesaikan!”
“Apakah
hanya sesederhana itu, pak Kyai?” Fadlan bertanya dengan nada penasaran.
“Ya,
hanya sesederhana itu!” Pak kyai menegaskan.
Pak
Kyai bercerita, “Pernah terjadi di Rusia di sebuah negeri yang terkenal atheis,
seorang pria pergi ke tukang cukur. Saat rambutnya dicukur, ia terserang
kantuk. Kepalanya mulai mengangguk-angguk karena kantuk. Tukang cukur merasa
kesal. Untuk membangunkan pelanggannya, si tukang cukur mulai bicara.
“Pak,
apakah bapak termasuk orang yang percaya tentang adanya Tuhan?”
Pelanggan
menjawab, “‘Ya, saya percaya adanya Tuhan!”
Agar
pembicaraan tak terhenti, si tukang cukur menimpali, “Saya termasuk orang yang
tidak percaya kepada Tuhan”
“Apa
alasanmu?” pelanggan melempar tanya.
“Kalau
benar di dunia ini ada Tuhan, dan sifat-Nya adalah Maha Pengasih dan Maha
Penyayang, menurut saya tidak mungkin di dunia ada orang yang punya banyak masalah,
terlilit hutang, terserang penyakit, kelaparan, kemiskinan dan lain-lain. Ini
khan bukti sederhana bahwa di dunia ini tidak ada Tuhan!” tukang cukur
berbicara dengan cukup lantang.
Si
pelanggan terdiam. Dalam hati, ia berpikir keras mencari jawaban. Namun sayang,
sampai cukuran selesai pun ia tetap tidak menemukan jawaban. Maka pembicaraan
pun terhenti. Sementara si tukang cukur tersenyum sinis, seolah ia telah
memenangkan perdebatan.
Akhirnya,
saat cukuran itu selesai, si pelanggan bangkit dari kursi dan ia berikan ongkos
yang cukup atas jasa cukuran. Tak lupa, ia berterima kasih dan pamit untuk
meninggalkan tempat. Namun dalam langkahnya, ia masih tetap mencari jawaban
atas perdebatan kecil yang baru ia jalani.
Saat
berdiri di depan pintu barber shop, ia tarik tungkai pintu kemudian hendak
melangkahkan kakinya keluar. Saat itulah Allah Swt mengirimkan jawaban padanya.
Matanya tertumbuk pada seorang pria gila yang berparas awut-awutan. Rambut
panjang tak terurus, janggut lebat berantakan. Demi melihat hal demikian, pintu
barber shop yang tadi telah ia buka maka ditutup kembali. Ia pun datang lagi
kepada tukang cukur dan berkata, “Pak, menurut saya yang tidak ada di dunia ini
adalah tukang cukur”
Merasa
aneh dengan pernyataan itu, tukang cukur balik bertanya, “Bagaimana bisa Anda berkata
demikian. Padahal baru saja rambut Anda saya pangkas!”
“Begini
pak, di jalan saya dapati ada orang yang kurang waras. Rambutnya panjang tak
terurus, janggutnya pun lebat berantakan. Kalau benar di dunia ini ada tukang
cukur, rasanya tidak mungkin ada pria yang berperawakan seperti itu”, si
pelanggan menyampaikan penjelasannya.
Tukang
cukur tersenyum, sejenak kemudian dengan enteng ia berkata, “Pak… bukan tukang cukur
yang tidak ada di dunia ini. Masalah sebenarnya adalah pria gila yang Anda ceritakan
tidak mau hadir dan datang ke sini, ke tempat saya… Andai dia datang, maka
rambut dan janggutnya akan saya rapihkan sehingga ia tidak berperawakan
sedemikian!”.
Tiba-tiba
si pelanggan meledakkan suara, “Naaaahhhh…. itu dia jawabannya. Rupanya Anda juga
telah menemukan jawaban dari pertanyaan yang Anda lontarkan!”. “Apa maksudmu?”
si tukang cukur tidak mengerti dengan pernyataan pelanggannya.
“Anda
khan bilang bahwa di dunia ini banyak manusia yang punya masalah. Kalau saja
mereka datang kepada Tuhan, pastilah masalah mereka akan terselesaikan. Persis
sama kejadiannya bila pria gila tadi datang kemari dan mencukurkan rambutnya
kepada Anda!”
Kyai
Ahmad mengakhiri kisah yang ia sampaikan. Terlihat Fadlan menganggukkan kepala
tanda mengerti.
“Jadi…,
kamu hanya tinggal memohon saja apa yang kamu inginkan kepada Allah Swt., pasti
Allah bakal berikan apa yang kamu pinta!” Kyai Ahmad berkata memberi garansi.
Fadlan
sudah mulai yakin, tapi ia masih mengejar dengan satu pertanyaan, “Pak Kyai,
saya sudah niat untuk datang dan semakin mengakrabkan diri kepada Allah. Tapi
bagaimana caranya ya pak Kyai agar saya bisa memohon nafkah yang cukup kepada
Allah?
Kemudian
Pak Kyai membacakan ayat dalam Al Qur’an:
“Katakanlah: “Wahai
Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau
kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau
muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau
kehendaki. di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa
atas segala sesuatu. Engkau masukkan malam kedalam siang dan Engkau masukkan
siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau
keluarkan yang mati dari yang hidup, dan Engkau beri rezeki siapa yang Engkau
kehendaki tanpa hisab (batas)”. (QS. Ali Imran 26-27)
“Bacalah
ayat itu sesering mungkin dan perbanyak doa memohon nafkah serta rezeki yang
halal dari Allah Swt. Yakinlah bahwa Allah Swt akan senantiasa menjamin
penghidupanmu dan keluarga!” Kyai Ahmad mengakhiri pembicaraan dengan memberi
pesan.
Usai
pembicaraan dengan Kyai Ahmad, Fadlan merasa yakin bila dirinya hendak mencari
nafkah, maka cara termudah yang dapat ia kerjakan hanyalah dengan ‘Datang dan
Memohon kepada Pemilik Nafkah!’ Fadlan telah meyakini hal ini.
Kisah
diatas memberikan pengajaran dan pelajaran yang teramat dalam kepada kita.
Ternyata selama ini kita tidak mengenal Tuhan dengan sebenar-benarnya, sehingga
hidup kita selalu diliputi oleh masalah yang tiada bertepi. Hal ini mau tidak
mau harus kita akui.
Makanya
sobat, seiring perjalanan hidup ini niatkanlah dengan penuh pengharapan, supaya
kita bisa mengenal Tuhan kita dengan sebenar-benarnya. Jika kita sudah
mengenal_Nya maka saya yakin sekali, kedepan Anda akan menjadi pribadi yang
sakti mandraguna. Tidak akan takut kepada apapun, karena hanya Dia yang wajib
ditakuti.
Masalah
hidup? Ia bukanlah menjadi beban, tetapi pembelajaran Tuhan. Apapun
permasalahan akan terasa ringan dan segera menemukan jalan keluarnya. Lalu
bagaimana cara mengenalnya? Tentunya hal ini adalah wewenang dari_Nya untuk
menunjukkan eksistensi_Nya kepada kita. Yang terpenting niat sudah ada, maka
Dia akan datang. Engkau berjalan mendekat kepada_Nya maka Dia akan berlari
menujumu. Seperti itulah analogi, bagaimana Kasih_Nya begitu dalam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar