Sebab sesama tidak akan peduli seberapa hebatnya dirimu. Orang lain tidak akan begitu peduli seberapa pintar dirimu. Yang mereka apresiasi adalah manfaat yang kita berikan kepada orang lain. Seberapa besar manfaat kita sebesar itulah kita dihargai.
Saya kemarin melihat manusia alim.. Dan mungkin dalam diriku ada juga penyakit ini. Dia berpakaian begitu alim dan syar'i. Dan ini wajib dicontoh.
Tetapi sayangnya ia tidak pernah nampak di lingkungan. Iuran jarang setor. Kerja bakti tidak pernah ngumpul. Ada pengajian juga tidak keluar rumah.
Bahkan tetangga sebelah saja seolah2 tidak kenal..
Celakanya tetangga dan hampir semua warga mencap ybs bukan tetangga yang baik. Mencap bahwa ia bukan orang baik sebab enggan srawung. Enggan berkumpul dengan tetangga lainnya.
Bagaimana jadinya kalau nanti saya dan kita semua ditanya di akherat?
"Apakah si Fulan adalah tetangga dan orang yang baik?"
Lalu ramai orang mengatakan, "Tidaaak. Ia tetangga yang buruk sebab tidak pernah mau bergaul"
Ini khan bisa bahaya
Artinya alimnya untuk diri sendiri. Ini tidak baik. Padahal Tuhan menciptakan manusia agar bisa menjadi rahmat semesta alam. Biar bisa menjadi perwakilan Sang Pencipta di muka bumi ini untuk menebar manfaat dan kebaikan.
Hidup Manusia Itu Tentang Seberapa Besar Manfaat untuk Sesama. Kalau kemudian yang ada hanya mengurung diri dirumah, kemudian alimnya untuk dia sendiri maka saya khawatir malah akan menjerumuskan.
Sekali lagi ini pengingat untuk saya. Sebab manfaat saya ke lingkungan juga masih minim. Sekaligus mengajak kepada kawan2 semua yuk kita seimbang antara Hablum Minallah dan Hablum Minannaas.
Seimbang antara ibadah dengan Sang Khalik dan juga bersosialisasi dengan sesama.
Maafkan saya ya?
Maafkan saya yang banyak salah dan kelirunya. Tolong doakan saya, doakan kita semua. Semoga saya dan kita semua bisa memberikan mabfaat yang besar kepada sesama, kepada mahluk dan kepada semesta alam. Aamiin
Wallahu A'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar